Persija Jakarta merayakan ulang tahun ke 90, Rabu (28/11/2018). Manajemen klub berjulukan Macan Kemayoran mengusung tema 90 Tahun, Simbol Kebanggaan dan Kejayaan untuk menyambut hari jadi tim ibu kota ini.
Mengapa 90 Tahun adalah Simbol Kebanggaan dan Kejayaan? Karena, 90 tahun merupakan waktu yang panjang bagi Persija dalam mengarungi samudera sepakbola di tanar air. Nah, 90 tahun bukanlah waktu yang pendek. Butuh konsistensi berkesinambungan dan Persija sudah melakukannya.
Buktinya, Persija tidak pernah turun kasta. Kebanggaan inilah yang patut disyukuri bersama. “Sementara untuk kejayaan, Persija sudah menyematkan satu bintang di atas logo yang berarti 10 kali merasakan juara kompetisi sepakbola di kasta tertinggi Indonesia. Tema ini menurut kami sudah pas dan semestinya di usia Persija yang ke 90 tahun,” terang Gede Widiade, Direktur Utama Persija.
Menyambut hari jadinya, Persija menggelar acara sederhana. Yaitu syukuran. Rencananya acara akan dilaksanakan di Kantor Persija Jl. Duren Tiga PLN hari Rabu, 28 November 2018, mulai pukul 18.30 WIB sampai selesai.
Semua stake holder Persija dan elemen dilibatkan. Termasuk pemain dan official Persija, panpel Persija, serta tentunya pemain ke-12, Jakmania. Rencananya, Persija juga mengundang beberapa legenda Persija. Manajemen juga mengundang anak yatim dan piatu serta warga sekitar. “Semoga acaranya berjalan dengan lancar,” tutup Gede.
Sejarah Persija Jakarta
Persija (singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta) adalah sebuah klub sepak bola Indonesia yang berbasis di Jakarta yang didirikan pada 28 November 1928, dengan cikal bakal bernama Voetbalbond Indonesish Jakarta (VIJ). VIJ merupakan salah satu klub yang ikut mendirikan Persatuan sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) dengan keikutsertaan wakil VIJ, Mr. Soekardi dalam pembentukan PSSI di Societeit Hadiprojo Yogyakarta, Sabtu 19 April 1930.
Pada zaman Hindia Belanda, nama awal Persija adalah VIJ (Voetbalbond Indonesische Jacatra). Pasca-Republik Indonesia kembali ke bentuk negara kesatuan, VIJ berganti nama menjadi Persija (Persatuan sepak bola Indonesia Jakarta). Pada saat itu, NIVU (Nederlandsch Indisch Voetbal Unie) sebagai organisasi tandingan PSSI masih ada. Di sisi lain, VBO (Voetbalbond Batavia en Omstreken) sebagai bond (perserikatan) tandingan Persija juga masih ada.
Sebelum perang, orang Belanda di Jakarta membentuk berbagai perkumpulan olah raga sepak bola. Salah satu perkumpulan yang terkenal adalah Voetbalbond Indische Omstreken Sport (VIOS). Mereka memiliki lapangan berlatih sendiri di Viosveld (lapangan Vios), yang kini dikenal dengan nama Stadion Menteng. Bagi yang belum tahu, lapangan ini terletak dijalan HOS Cokroaminoto no.87 sekarang. Setelah kemerdekaan lapangan Vios dipakai oleh PERSIJA (Persatuan sepak bola Jakarta). Persija didirikan pada tahun 1928, dengan cikal bakal bernama Voetbalbond Indonesish Jakarta (VIJ). Lapangan berlatih saat itu dilapangan VIJ Petojo.
Terlepas dari takdir atau bukan, seiring dengan berdaulatnya negara Indonesia, NIVU mau tidak mau harus bubar. Mungkin juga karena secara sosial politik sudah tidak kondusif (mendukung). Suasana tersebut akhirnya merembet ke anggotanya, antara lain VBO. Pada pertengahan tahun 1951, VBO mengadakan pertemuan untuk membubarkan diri (likuidasi) dan menganjurkan dirinya untuk bergabung dengan Persija. Dalam perkembangannya, VBO bergabung ke Persija. Dalam turnamen segitiga persahabatan, gabungan pemain bangsa Indonesia yang tergabung dalam Persija “baru” itu berhadapan dengan Belanda dan Tionghoa, berikut hasilnya:
- Persija (Indonesia) vs Belanda 3-3 (29 Juni 1951)
- Belanda vs Tionghoa 4-3 (30 Juni 1951)
- Persija (Indonesia) vs Tionghoa 3-2 (1 Juli 1951
Semua pertandingan berlangsung di lapangan BVC Merdeka Selatan, Jakarta.
Lapangan Persija di Menteng, Jakarta Pusat, mungkin salah satu di antara lapangan sepakbola tertua di Jakarta. Dibangun pada 1920′an oleh Voetbalbond Indische Omstreken Sport (VIOS). VIOS adalah nama klub sepakbola Belanda di Batavia, hingga lapangan ini pada masa penjajahan Belanda dinamakan Viosveld atau lapangan Vios. Dibangunnya lapangan ini saat banyak berdatangan warga Belanda ke Indonesia disertai keluarga. Di Indonesia, orang Belanda baik indo maupun totok, dikenal gila bola. Sejak abad ke-19 bangsa Indonesia sudah mengenal sepakbola. Pramudya Ananta Toer dalam buku ‘Bumi Manusia’ menceritakan kisah para pelajar HBS (semacam SMA sekarang) di Surabaya saat memperingati pelantikan Ratu Wilhelmina (nenek Ratu Beatrix sekarang ini), pada 6 September 1898 dengan pertandingan sepakbola.
Keberadaan lapangan VIOS kala itu adalah salah satu tempat konpetisi antarklub-klub di Jakarta. Karena kesebelasan UMS memiliki stadion di Petak Sinkian, Jakarta Barat. Chunghua di kawasan yang sama Taman Sari, Hercules di Deca Park (Monas), BVC memiliki lapangan di selatan Monas, dan Persija kala itu memiliki Lapangan di VIJ, Petojo. Jadi lapangan VIOS, kala itu merupakan salah satu dari banyaknya lapangan di Jakarta yang dimiliki oleh perkumpulan sepakbola di Jakarta. Seperti juga kesebelasan-kesebelasan di Liga Eropa. Seperti Stadion Della Alpi di Kota Turin, milik Juventus. Stadion Stamford Bridge di Loncdon milik Chelsea. Stadion Highbury milik Arsenal di London, Old Trafford, stadion milik MU di Manchester, dan Guisepe Meazza, stadion milik Inter Milan di Kota Milan.
Kembali pada sepakbola di Hindia Belanda (sebutan Indonesia kala itu), orang-orang Belanda di Indonesia pada tahun 1918 membentuk Nederlandsch Indcie Voetbal Bond (NIVB) yang membawahi bond-bond yang para pemainnya didominasi warga Belanda. Anggota-anggotanya dilarang bermain dengan perkumpulan sepakbola Inlander. Perkataan inlander merupakan penghinaan, sangat menyakitkan bangsa Indonesia. Sebagai rasa nasionalis di bidang olahraga (sepakbola), pada 1928 bertepatan dengan tahun Sumpah Pemuda, berdiri Voetballbond Indonesia Jakarta (VIJ). VIJ pada 1950 menjadi Persija.
Prestasi Persija
- Juara : 1931, 1933, 1934, 1938 (sebagai VIJ Jakarta), 1954, 1964, 1973, 1975, 1979
- Runner-Up : 1932 (sebagai VIJ Jakarta), 1951, 1952, 1978, 1988
- Juara : 2001
- Runner-Up : 2005
- Runner-Up : 1972, 1974, 1976
- Juara : 1978
- Juara : 1977
- Runner-Up : 2005
- Juara : 2003
- Juara : 2011, 2012, 2014 ( Juara Bersama Sriwijaya FC dan Arema Cronus ), 2016
- Juara : 1976, 1978
- Juara : 1977
- Runner-Up: 1976, 1978, 1980
- Juara : 1978 (Juara Bersama Persebaya Surabaya
- Juara : 1977
- Runner-Up : 1973
- Fase Grup : 2015
- Fase Grup : 2017
- Juara : 2018
- 8 Besar : 2016
- Fase Grup : 2016
- Peringkat 3 : 2017
- Juara : 1973
- Juara : 2000, 2001
- Juara : 2018
Pelatih Persija
1962-1966 | Endang Witarsa |
1972-1975 | Sinyo Aliandoe |
1977-1979 | Marek Janota |
1985 | Yuswardi |
1985-1995 | Sugih Hendarto |
1994- | Risdianto |
1999-2000 | Ivan Venkov Kolev |
2000- Putaran Pertama | Andi Lala |
2000-2003 | Sofyan Hadi |
2003-Putaran Pertama | Herry Kiswanto |
2003-2004 | Atanas Giorgiev |
2004-2005 | Carlos Garcia Cambon |
2005-2006 | Arcan Iurie |
2006-2007 | Rahmad Darmawan |
2007-2008 | Serghei Dubrovin |
2008-2009 | Danurwindo |
2009-2010 | Benny Dollo |
2010-2011 | Rahmad Darmawan |
2011-2013 | Iwan Setiawan |
2013-2014 | Benny Dollo |
2015- 3 Bulan | Rahmad Darmawan |
2015- 3 Bulan | Bambang Nurdiansyah |
2016-Putaran Pertama | Paulo Camargo |
2016-Putaran Kedua | Muhamad Zein Al Hadad |
2017-Sekarang | Stefano Cugurra Teco |
Sumber: Persija.id, Wikipedia, Sejarahri.com